Catatan 69 Tahun GmnI: Menata Ulang Arah Perjuangan di Tengah Konflik

- Senin, 27 Maret 2023, 01:37 PM
Dandi Bratanata. T - Kader DPC GmnI Jambi

Oleh : Dandi Bratanata. T

Jambi - Kehadiran Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GmnI) dari sejak didirikan pada 23 Maret 1954 sampai saat ini, tidak pernah surut dan sepi dari yang namanya dinamika.

Terlepas dari jenis dinamika yang terjadi, baik internal ataupun eksternal. Dinamika tersebut selalu ada, dan polanya juga berentet.

Namun demikian, sepanjang yang saya amati dari rentetan dinamika yang terjadi, kita selalu berhasil melalui cobaan yang ada.

Tetapi hari ini dinamika tersebut mengalami berkepanjangan, yang kita ketahui dualisme kepemimpinan yang sampai sekarang ini belum menemukan titik tengah.

Melihat kondisi tersebut, wajib rasanya kita sebagai kader maupun anggota memberikan kritik dan solusi. Kenapa?

Pertama, bukti bahwa kita sebagai kader atau anggota, peduli dan loyal terhadap organisasi. 

Kedua, bukti bahwa, kita mempunyai rasa memiliki (Sense Of Belonging) yang kuat pada organisasi.

Ketiga, bukti bahwa, kita ikut serta menjaga eksistensi GmnI saat ini dan nanti.

Tiga hal itu saya kira penting, untuk dilakukan oleh semua kader atau anggota GmnI dimana pun adanya. Karena kritik tersebut, adalah untuk keberlangsungan organisasi agar menjadi lebih baik.

Adapun yang kita ketahui DPC GmnI Jambi yang pertama memulai langkah persatuan dan bersikap tidak berpihak kepada Kedua DPP manapun.

Namun faktanya, bahwa konflik itu masih terus berlanjut. Itu semua dibuktikan dengan adanya pemberitaan penolakan dari pengurus - pengurus DPC GmnI dibawah kepemimpinan Bung Wiranto Manalu yang mana sebelumnya ketua DPC GmnI Jambi versi Arjuna.

Bila mengamati dan melihat hal tersebut, tentu saja timbul sebuah pertanyaan, ada apa dan kenapa hal ini bisa terjadi? Bukankah sebelumnya, persatuan ini terjadi akibat rekonsiliasi bersama antar pengurus DPC GmnI kedua belah pihak?, yang juga itu yang kita harapkan terjadi di DPP sekarang.

Pada akhirnya, kita hanya perlu menyaksikan bagaimana kelanjutan dari pada Dualisme Kepemimpinan yang tengah berlangsung saat ini. Karena secara prinsip, saya selalu berkeyakinan bahwa, puncak dari pada Konflik kekuasaan adalah Kompromi.

Artinya, pusaran konflik yang saat ini terjadi, pada dasarnya akan memiliki ujung. Sebab, sejatinya konflik terjadi disebabkan karena, tidak adanya titik temu. Begitu juga dalam setiap keputusan politik, tidak ada keputusan yang bisa membuat semua orang puas.

Termasuk keputusan politik dalam organisasi di GmnI. Pada konteks dualisme GmnI saat ini, sekalipun belum ada titik temu. Namun sifatnya, masih belum buntu. Artinya, masih ada peluang lebar untuk GmnI kembali menjadi satu.

Untuk dapat mewujudkan penyelesaian Dualisme Kepemimpinan yang terjadi, Maka, Pertama, diperlukan peran semua pihak terutama peran senior-senior yang tergabung dalam PA GmnI.

Kedua, senior saat ini harus bersatu dan satu suara tentang pentingnya Rekonsiliasi, serta merumuskan agenda GmnI kedepan. Sebab pada umumnya, muara konflik dan penyelesaian konflik di GmnI biasanya terjadi ditingkat elite.

Begitu juga dengan mekanisme penyelesaian konflik di GmnI juga bisa selesai di tingkatan elite. Diusia-nya yang ke 69 tahun ini. GmnI harus mampuh menjawab tantangan zamam dan memberikan solusi kongkret pada negara.


Tags

Artikel Terkait

Artikel Populer

Artikel Terbaru Lainnya

X